Pahlawan Sebelum Kebangkitan Nasional: Cut Nyak Dhien
- Updated: Agustus 10, 2023
Lahir : Lampadang, Aceh, 1848
Wafat: Sumedang, 6 November 1908
Ia menikah dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga pada usia 12 tahun.
Suaminya gugur dalam sebuah pertempuran pada Juni 1878.
Ia kemudian menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880.
Mereka berjuang bersama-sama melawan Belanda, sekaligus menuntut balas akan kematian suami pertamanya.
Hingga akhirnya, Teuku Umar juga gugur dalam pertempuran di Meulaboh, pada 11 Februari 1899.
Sepeninggal suaminya, Cut Nyak Dhien tetap berjuang dengan cara bergerilya.
Perjuangan yang berat membuat fisiknya melemah.
Akhirnya, Belanda mengasingkannya ke Sumedang, Jawa Barat, pada 11 Desember 1905, hingga ia wafat di sana. ***
Heroes Before the National Awakening: Cut Nyak Dhien
Born : Lampadang, Aceh, 1848
Died: Sumedang, 6 November 1908
He married Teuku Cik Ibrahim Lamnga at the age of 12.
Her husband died in battle in June 1878.
He then remarried Teuku Umar in 1880.
They fought together against the Dutch, while avenging the death of her first husband.
Until finally, Teuku Umar also died in the battle in Meulaboh, on February 11, 1899.
After the death of her husband, Cut Nyak Dhien continued to fight in guerrilla ways.
The heavy struggle made him physically weak.
Finally, the Dutch exiled him to Sumedang, West Java, on December 11, 1905, until he died there. ***