Nabi Muhammad Sering Sakit Setelah Haji Wada

Loading

Nabi Muhammad Sering Sakit Setelah Haji Wada

Pada Tahun 10 Hijriah, Nabi Muhammad Saw Bersama Seratus Ribu Kaum Muslimin Melakukan Ibadah Haji Terakhir Bagi Beliau.

Yang dikenal sebagai Haji Wada.

Pada tahun sesudah Haji Wada, Nabi Muhammad Saw wafat.

Saat Nabi Muhammad Saw sedang berada di Padang Arafah, Allah SWT menurunkan wahyu terakhir-Nya.

Setelah Haji Wada, Nabi Muhammad Saw sering sakit kepala dan demam.

Pada saat Nabi Muhammad Saw sakit, Nabi Muhammad Saw memaksakan dirinya shalat ke masjid.

Ketika Nabi Muhammad Saw sakit berat, Nabi meminta Abu Bakar menggantikannya menjadi imam shalat.

Para sahabat merasa cemas dengan keadaan Nabi Muhammad Saw.

Abu Bakar sering menangis karena khawatir pada kesehatan Nabi Muhammad Saw.

Ketika Nabi Muhammad Saw meminta Abu Bakar menjadi imam shalat, Aisyah istri Nabi Muhammad Saw berkata kepada Nabi.

“Ya Rasul, apakah tidak lebih baik yang menjadi imam shalat itu Umar, sebab ayahku Abu Bakar sering menangis. Aku khawatir suaranya tidak dapat keluar karena menangis.”

Baca juga:  Ashabul Kahfi Tertidur Selama 309 Tahun

Namun, Nabi Muhammad Saw tetap menyuruh Abu Bakar menjadi imam shalat.

Ketika sakit Nabi Muhammad Saw sudah parah, Nabi Muhammad Saw tidak dapat berjalan ke mana-mana.

Nabi Muhammad Saw tidak dapat menemui istri-istrinya.

Oleh karena itu, istri-istrinyalah yang menjaga Nabi Muhammad Saw.

Pagi itu, Nabi Muhammad Saw membuka jendela rumahnya.

Wajah Nabi Muhammad Saw tampak berseri-seri.

Umat Islam yang melihat Nabi Muhammad Saw langsung menyangka Nabi Muhammad Saw sudah sembuh.

Umat Islam pun melakukan kegiatan seperti biasa.

Bisikan Nabi Muhammad Kepada Fatimah Sebelum Beliau Wafat

Nabi Muhammad Saw berbaring di pangkuan Aisyah.

Sebelumnya, Nabi Muhammad Saw memanggil Fatimah, putrinya.

Nabi Muhammad Saw membisikkan sesuatu kepada Fatimah.

Setelah mendengar bisikan Nabi Muhammad Saw, Fatimah menangis.

Lalu, Nabi Muhammad Saw berbisik kembali.

Sekarang, Fatimah tersenyum-senyum.

“Apa yang Nabi bisikkan kepadamu?” tanya Aisyah ingin tahu.

“Ayah berbisik kepadaku, bahwa umurnya tidak lama lagi, maka aku merasa sedih. Lalu, ayah berbisik lagi, bahwa yang pertama kali akan dijumpai ayah di surga adalah aku. Makanya, aku bahagia sekali.”

Baca juga:  Nabi Musa Hanya Mau Menyusu Kepada Ibunya Saja

Setelah Nabi Muhammad Saw menyampaikan wasiatnya, Nabi Muhammad Saw pun menghembuskan napasnya.

Aisyah segera mengumpulkan para sahabat untuk memberitahukan Nabi Muhammad Saw wafat.

Orang-orang yang mendengar Nabi Muhammad Saw wafat berkata, bahwa mereka tidak perlu lagi shalat atau berzakat karena Nabi Muhammad Saw sudah meninggal.

Mendengar hal itu, Umar bin Khattab marah.

“Siapa yang mengatakan Muhammad mati akan saya pukul. Walaupun Nabi sudah wafat, ajarannya akan tetap ada.”

Kemudian, Abu Bakar masuk ke kamar Aisyah untuk melihat jenazah Nabi Muhammad Saw.

Setelah itu, Abu Bakar keluar menemui orang-orang.

“Sesungguhnya, Muhammad telah mati, barang siapa yang menyembah Muhammad, maka Muhammad telah mati dan barang siapa yang menyembah Allah, maka Allah tidak akan pernah mati!”

Kaum Muhajirin atau Anshar yang Berhak Menjadi Khalifah?

Baca juga:  40 Hari Nabi Yunus di dalam Perut Ikan

Setelah Nabi Muhammad Saw wafat, terjadi perselisihan tentang siapakah yang berhak menjadi khalifah.

Apakah orang Muhajirin atau orang Anshar?

Ada yang berpendapat yang menjadi khalifah harus orang Muhajirin karena Nabi orang Muhajirin.

Namun, ada juga yang berpendapat, hendaknya yang menjadi khalifah adalah orang Anshar karena orang Anshar merupakan penduduk asli Madinah.

Perselisihan itu dapat diredakan oleh Umar bin Khattab.

Umar bin Khattab pun mengusulkan Abu Bakar untuk menjadi khalifah.

Abu Bakar termasuk orang yang pertama masuk Islam.

Umur Abu Bakar pun yang paling tua di antara mereka.

Usul Umar bin Khattab terebut diterima orang banyak.

Sejak itu, Abu Bakar memimpin umat Islam.

  • Supported Content by: Studio Creative Business Media (CBM Agency)
  • Kontak: Telp/WA/SMS: 0815 6148 165
  • Penulis: Rani Yulianti
  • Penyunting: Nurul Ihsan
  • Ilustrator: Dini Tresnadewi dan Aep Saepudin
  • Desainer dan layouter: Jumari, Nurul Ihsan
  • Penerbit: Erlangga For Kids (Jakarta, Indonesia)

Loading

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!