Lelaki yang Memeluk Nabi Muhammad di Gua Hira

Loading

Lelaki yang Memeluk Nabi Muhammad di Gua Hira

Rumah tangga Nabi Muhammad Saw bersama Siti Khadijah bahagia dan sejahtera.

Mereka berdua dianugerahi beberapa anak oleh Allah SWT, dua putra dan empat putri.

Anak yang laki-laki bernama Qasim dan Abdullah.

Anak yang perempuan bernama Zainab, Ruqayah, Umu Kulsum, dan Fatimah.

Pada saat Nabi Muhammad Saw berumur 35 tahun, terjadi kerusakan di Kabah.

Kabah pun diperbaiki dan setelah selesai diperbaiki timbul persoalan, yaitu siapa yang berhak meletakkan batu hajar aswad ke tempat semula.

Para pemimpin dan pembesar Quraisy berebut ingin meletakkan sendiri batu itu ke tempatnya.

Mereka berpendapat batu itu batu mulia, jadinya orang yang meletakkannya pun harus orang mulia.

Mereka merasa dirinya masing-masing berhak meletakkan batu tersebut.

Persoalan meletakkan batu itu hampir mendatangkan keributan besar.

Namun, ada seorang tua yang menasihati mereka.

“Janganlah kalian bertengkar tentang meletakkan batu hajar aswad. Menurutku, lebih baik kalian mencari hakim yang akan memutuskan perkara ini. Menurutku orang yang diangkat menjadi hakim adalah orang yang pertama kali masuk ke Masjidil Haram.”

Nasihat dari orangtua itu pun diterima dengan baik.

Baca juga:  Download Kartu Kuartet Printable Kisah 25 Nabi dan Rasul, Nabi Daud dan Raja Thalut (67)

Mereka sangat bersemangat ingin tahu siapakah yang pertama kali masuk ke Masjidil Haram.

Keesokan paginya, mereka semua berkumpul untuk melihat hal itu.

Ternyata, yang pertama kali masuk adalah Muhammad bin Abdullah.

Akhirnya, Nabi Muhammad Saw diangkat hakim dan diharuskan menyelesaikan persoalan mereka.

Nabi Muhammad Saw mengambil sehelai kain.

Kemudian, kain itu dibentangkan.

Nabi Muhammad Saw menyuruh para pemuka Quraisy memegang setiap sudut kain tersebut.

Nabi Muhammad Saw pun meletakkan batu hajar aswad ke atas kain tersebut.

Para pembesar Quraisy mengangkat kain tersebut.

Mereka bersama-sama menggotong hajar aswad.

Setelah sampai, Nabi Muhammad Saw meletakkan batu itu ke tempat semula.

Dengan cara itu, perselisihan pun berakhir.

Mereka semua senang atas keputusan yang diambil dan dilaksanakan.?

Para pembesar merasa menjadi orang mulia karena telah ikut menggotong batu mulia tersebut.

Sejak saat itu, mereka memberi gelar kepada Nabi Muhammad Saw dengan sebutan Al-Amin, yang artinya Muhammad yang dipercayai.

Mereka percaya Nabi Muhammad Saw sebagai seorang hakim yang adil dan bijaksana.

Nabi Muhammad Saw dapat menghilangkan perselisihan.

Tutur katanya benar dan tingkah lakunya disenangi oleh mereka.

Baca juga:  Hans von Ohain Penemu Tenaga Jet

Lelaki yang Memeluk Nabi Muhammad di Gua Hira

Nabi Muhammad Saw suka menyendiri dan merenungi kehidupan yang dijalaninya.

Nabi Muhammad Saw memikirkan masyarakat Quraisy yang melakukan perbuatan-perbuatan jahiliyah.

Nabi Muhammad Saw sangat ingin mengingatkan kaumnya yang telah jauh melenceng dari ajaran agama.

Nabi Muhammad Saw biasanya menyepi di tempat-tempat yang sunyi.

Saat Nabi Muhammad Saw sedang menyepi di Gua Hira, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang tidak dikenalnya.

Laki-laki itu memeluk Nabi Muhammad Saw sangat erat sambil berkata, “Bacalah hai Muhammad!”

“Saya tidak pandai membaca!” jawab Nabi Muhammad Saw.

Tamu itu melepaskan Nabi Muhammad Saw dari pelukannya.

Kemudian, laki-laki itu pun memeluk Nabi Muhammad Saw lagi sambil berkata, “Bacalah hai Muhammad.

Nabi Muhammad Saw pun menjawab seperti tadi dan dia pun melepaskan pelukannya.

Nabi Muhammad Saw tetap menjawab, “Saya tidak pandai membaca.”

Setelah berulang-ulang, laki-laki itu pun mengajarkan surat Iqra kepada Nabi Muhammad Saw.

Setelah Nabi Muhammad Saw hafal, barulah tamu itu pergi.

Badan Nabi Muhammad Saw kemudian terasa lemah dan lesu.

Mukanya tampak sangat pucat.

Nabi Muhammad Saw pun memutuskan untuk segera pulang.

Baca juga:  Tidak Halal Sedekah untuk Orang Kaya, Sehat, dan Kuat

Sesampainya di rumah, Nabi Muhammad Saw meminta istrinya menyelimutinya.

Badannya tampak menggigil.

“Selimuti aku, ya Khadijah, selimuti aku!”

Siti Khadijah pun menyelimuti Nabi Muhammad Saw.

Setelah melihat suaminya tampak tenang, barulah Siti Khadijah bertanya.

“Apa yang terjadi atas dirimu?”

Nabi Muhammad Saw menceritakan kejadian yang menimpanya di dalam Gua Hira.

Kemudian, Khadijah menghiburnya.

“Janganlah engkau merasa takut, Allah tetap menolong dan melindungimu. Engkau orang yang sangat pengasih, kelak engkau akan menjadi seorang pemimpin umat.”

Hiburan dari Siti Khadijah dapat mengobati ketakutan yang dirasakan Nabi Muhammad Saw.

Ketakutannya pun menjadi hilang.

Kejadian tersebut itu pertama kalinya Nabi Muhammad Saw mendapat wahyu dari Allah SWT melalui perantara Malaikat Jibril.

Sejak itu, Nabi Muhammad Saw diangkat menjadi rasul yang bertugas menyampaikan kebenaran kepada umat manusia.

(QS. Al Alaq: 1-5)

Supported Conten by:

Studio Creative Business Media (CBM Agency)

Kontak:

Telp/WA/SMS: 0815 6148 165

Kontributor

Penulis: Rani Yulianti

Penyunting: Nurul Ihsan

Ilustrator: Dini Tresnadewi dan Aep Saepudin

Desainer dan layouter: Jumari, Nurul Ihsan

Penerbit: Erlangga For Kids (Jakarta, Indonesia)

www.ebookanak.com

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!