Cerita Rakyat Sumatera Selatan: Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat

Loading

Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat (Cerita Rakyat Sumatera Selatan)

download ebook anak printable pdf

Oleh: Kak Nurul Ihsan

Dahulu, di Sumidang, Sumatera Selatan, terdapat sebuah kerajaan besar.

Di kerajaan itu hidup seorang pangeran bernama Serunting.
Hubungan Serunting dengan adik iparnya yang bernama Aria Tebing, sedang bermasalah.

Ini disebabkan oleh rasa iri hati Serunting kepada Aria Tebing, yang berawal dari masalah tanaman cendawan atau jamur yang tumbuh di ladang mereka.

Baca juga:  Rara Jonggrang dan Permintaan 1000 Candi (Cerita Rakyat Provinsi Jawa Tengah)

Cendawan yang menghadap ke arah ladang Aria Tebing tumbuh menjadi logam emas.
Sedangkan, cendawan yang menghadap ke arah ladang Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna.

Suatu hari, Serunting mendatangi Aria Tebing dengan marah.

Ia menantang Aria Tebing berduel.

Aria Tebing meminta bantuan dan membujuk kakak perempuannya, yaitu istri Serunting untuk memberitahukan rahasia kesaktian Serunting.

Ternyata, rahasia kesaktian Serunting ada pada tumbuhan ilalang yang bergetar meskipun tidak tertiup angin.

Keesokan harinya, Aria Tebing dan Serunting bertemu untuk mengadu kekuatan.

Namun, sebelum mereka bertanding, ternyata Aria telah menancapkan tombaknya pada ilalang yang bergetar.

Serunting pun akhirnya terluka parah.

Download Ebook Anak: 101 Cerita Nusantara
Download full ebook PDF “101 Cerita Nusantara” karya Kak Nurul Ihsan (ebookanak.com) dengan donasi.

Merasa dikhianati istrinya, Serunting akhirnya pergi mengembara dan bertapa di Gunung Siguntang.

Hyang Mahameru menyuruhnya bertapa di bawah pohon bambu hingga seluruh tubuhnya ditutupi oleh daun bambu untuk mendapatkan kekuatan gaib.

Serunting akhirnya mendapatkan kekuatan gaib.

Kesaktian yang dimilikinya sekarang adalah kalimat atau perkataan apa pun yang keluar dari mulut Serunting akan berubah menjadi kutukan.

Oleh karena itu, ia diberi julukan ‘si Pahit Lidah’.

Serunting berniat untuk kembali ke kampung halamannya.

Sepanjang perjalanan menuju Sumidang, Serunting mengutuk setiap orang yang dijumpainya.

Ia menjadi sombong dan angkuh.

Baca juga:  Plester Menyayangi Hewan dan Tumbuhan

Meskipun demikian, Serunting masih memiliki hati baik.

Ia mengubah bukit yang gundul menjadi hutan kayu.

Serunting juga mengabulkan permintaan sepasang kakek-nenek yang menginginkan keturunan.

Serunting sangat bahagia karena bisa berguna untuk orang lain dan sekitarnya.

Di sisa perjalanannya, ia belajar untuk berbuat baik kepada siapapun dan berusaha menolong orang yang kesulitan. ***

Pesan Moral
Kemuliaan ilmu terdapat pada seberapa besar kegunaannya untuk membantu sesama.

Folklore of South Sumatra: The Bitter Tongue and The Four Eyes

In the past, in Sumidang, South Sumatra, there was a large kingdom.

In that kingdom lived a prince named Serunting.
Serunting’s relationship with his sister-in-law, Aria Tebing, is in trouble.

This was caused by Serunting’s jealousy towards Aria Tebing, which started with a problem with the fungus growing in their fields.

The fungus overlooking Aria Cliff’s fields grew into golden metal.
Meanwhile, the fungus facing the Serunting fields grew into useless plants.

One day, Serunting came to Aria Tebing angrily.

He challenged Aria Cliff to a duel.

Aria Tebing asked for help and persuaded her older sister, Serunting’s wife, to reveal the secret of Serunting’s supernatural powers.

Apparently, the secret of Serunting’s magic lies in the reeds that vibrate even though they are not blown by the wind.

The next day, Aria Tebing and Serunting met to complain about their strength.

Baca juga:  Gagak Menjadi Merak (Cerita Binatang dari Yunani)

However, before they had a match, it turned out that Aria had plunged her spear into the trembling weeds.

Serunting was finally seriously injured.

Feeling betrayed by his wife, Serunting finally went to wander and meditate on Mount Siguntang.

Hyang Mahameru told him to meditate under a bamboo tree until his whole body was covered by bamboo leaves to get magical powers.

Serunting finally got magical powers.

The supernatural power he has now is that any sentence or word that comes out of Serunting’s mouth will turn into a curse.

Therefore, he was given the nickname ‘The Bitter Tongue’.

Serunting intends to return to his hometown.

All the way to Sumidang, Serunting cursed everyone he met.

He became arrogant and arrogant.

Nevertheless, Serunting still has a good heart.

He turned a barren hill into a forest of woods.

Serunting also granted the request of a pair of grandparents who wanted children.

Serunting is very happy because it can be useful for other people and those around them.

In the rest of his journey, he learns to be kind to anyone and tries to help people in trouble.

Moral message
The glory of knowledge lies in how much it is used to help others.

Gambar ini memiliki atribut alt yang kosong; nama berkasnya adalah download-full-ebook-kak-nurul-ihsan-legal-orisinal-dengan-donasi-klik-di-sini-1.jpg

Loading

error: Content is protected !!