Sajak Pembentuk Pulau (101 Cerita Nusantara dari Maluku)
- Updated: Januari 8, 2024
Oleh: Kak Nurul Ihsan
Di pulau Ternate, memerintah seorang sultan bernama Jafar Nuh.
Permaisuri Sultan Jafar Nuh berasal dari kahyangan yang terkenal paling cantik di seluruh negeri.
Suatu hari, adik Permaisuri bernama Gajadean datang dari kahyangan mengunjungi sultan.
Sultan kemudian mengangkat Gajadean menjadi penguasa wilayah Tobelo yang masih berada di bawah kekuasaan kerajaan Ternate.
Sultan berpesan apabila Gajadean menjadi penguasa di Tobelo, ia harus rutin menyerahkan upeti berupa segala bentuk hasil bumi dari Tobelo.
Gajadean menyanggupinya.
Di sana pula Gajadean membangun keluarganya dan dikaruniai dua orang anak.
Dibawah kekuasaan Gajadean, Tobelo berkembang menjadi daerah subur makmur.
Tidak lupa pula, Gajadean rajin mengirim upeti pada Sultan Jafar.
Namun entah kenapa, Sultan Jafar tiba-tiba jadi iri dan membencinya.
Suatu hari, Sultan Jafar menyuruh pengawalnya menyembunyikan terompah atau sepatu Gajadean dari kahyangan yang amat indah.
Karena diperlakukan seperti itu, Gajadean kemudian mengirimkan upeti berupa guci-guci yang berisi kotoran.
Tak lama kemudian terjadilah perang saudara antara Sultan Jafar dengan Gajadean.
Peperangan akhirnya dimenangkan oleh Sultan jafar.
Pada perang itu, Gajadean hilang tanpa jejak.
Kemudian suatu hari, putri Sultan Gajadean melantunkan sebuah sajak untuk ayahnya, “Papa Ua nyao delo … Kabunga manyare-nyare … Toma buku molitebu … Betapa sedihnya orang tak punya keluarga … bagaikan ikan terdampar di pantai … di tepi pantai di kaki gunung …”
Selesai bersajak demikian, secara ajaib tiba-tiba muncullah gugusan pulau-pulau baru di wilayah Maluku dari Mede hingga ke seberang Tobelo, Halmahera, Bacan, sampai Tidore.
Pesan Moral
Pandai-pandailah memelihara persaudaraan jangan sampai retak.
Poems Forming Islands (101 Archipelago Stories from the Moluccas)
On the island of Ternate, ruled a sultan named Jafar Nuh.
Empress Sultan Jafar Nuh comes from heaven who is known as the most beautiful in the whole country.
One day, the Empress’ younger brother named Gajadean came from heaven to visit the sultan.
The Sultan then appointed Gajadean to become the ruler of the Tobelo region which was still under the authority of the Ternate kingdom.
The Sultan advised that if Gajadean becomes ruler in Tobelo, he must routinely pay tribute in the form of all kinds of agricultural products from Tobelo.
Gajadean agreed.
It was also there that Gajadean built his family and was blessed with two children.
Under Gajadean rule, Tobelo developed into a prosperous fertile area.
Also not forgetting, Gajadean diligently sent tribute to Sultan Jafar.
But for some reason, Sultan Jafar suddenly became jealous and hated him.
One day, Sultan Jafar ordered his guards to hide the gajadean sandals or shoes from a very beautiful heaven.
Due to being treated like that, Gajadean then sent tribute in the form of jars filled with excrement.
Not long after, there was a civil war between Sultan Jafar and Gajadean.
The war was finally won by Sultan Jafar.
During that war, Gajadean disappeared without a trace.
Then one day, the daughter of the Sultan of Gajadean recited a poem for her father, “Papa Ua nyao delo… The flowers are manyare-nyare… Toma Buku molitebu… How sad it is for people to have no family… like a fish washed up on the beach.. .. by the sea at the foot of the mountain…”
After saying this rhyme, miraculously suddenly a new group of islands appeared in the Maluku region from Mede to across Tobelo, Halmahera, Bacan, to Tidore.
Moral message
Be good at maintaining brotherhood, don’t crack it.